Hati adalah sumber segala-galanya. Seperti pernah diulas pada tulisan
beberapa waktu yang lalu tentang hati, telah dijelaskan bahwa hati
setiap manusia dibagi menjadi dua. Yaitu hati besar dan hati kecil. Hati
besar adalah hati yang selalu berkata bohong, membuat panas, mengadu
domba, iri, dengki dan lain-lainnya. Sementara hati kecil juga biasa
disebut hati nurani adalah hati yang selalu berkata jujur, apa adanya,
dan selalu mengingatkan setiap manusia untuk senantiasa berbuat
kebaikan.
Namanya saja hati besar, jadi dengan tempat yang cukup
besar maka, kekuasaannya pun juga besar. Sedangkan hati kecil memang
sangat kecil namun bila dikelola dengan baik akan mampu untuk
menundukkan sekeras apapun, setinggi apapun dan sehebat apapun. Tak
heran jika Kanjeng Nabi Muhammad SAW senantiasa mengingatkan manusia
bahwa jihad yang paling besar pada setiap manusia adalah perang melawan
hawa nafsunya. Nah, hawa nafsu itulah yang ada pada hati besar dan cukup
dominan.
Maaf, selama ini banyak orang yang salah dalam
mengartikan jihad. Jihad itu bukanlah dengan memukuli, menghajar dan
memaksa orang lain untuk berbuat baik. Tetapi jihad itu jika mensitir
Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah urusan seorang manusia dengan dirinya
sendiri. Artinya, setiap manusia harus mampu untuk mengalahkan hawa
nafsunya. Setelah berpuasa selama satu bulan penuh, seseorang akan bisa
disebut menjadi insan yang fitri ketika ia sudah bisa mengalahkan hawa
nafsunya sendiri. 'Kemenangan' dalam mengalahkan hawa nafsunya sendiri
itu biasanya terpancar dari wajah dan perilaku seseorang. Dari roman
wajahnya akan tampak ketenangan dan ketabahan dalam menghadapi hidup.
Setiap persoalan dalam hidup di dunia pun dihadapinya dengan tenang.
Siapapun
yang menjadi insan yang fitri itu adalah orang yang berhasil membuat
hati kecilnya lebih berkuasa dibandingkan hati besarnya. Hati yang besar
itupun menjadi takluk dan tunduk. Orang yang seperti itulah yang
beruntung dalam menghadapi hidup di dunia.
Satukan Hati dan Ucapan
Apabila
hati besar yang penuh kebohongan dan arogansi sudah dikalahkan dan
ditundukkan, maka yang muncul adalah kejujuran. Apa sih kejujuran itu?
Kejujuran adalah bersatunya ucapan hati dan ucapan mulut. Artinya,
antara hati dan mulut mengucapkan hal yang sama. Jika antara ucapan hati
dan ucapan mulut tidak sama, berarti hawa nafsu yang ada pada hati
besar bisa dikatakan masih belum mampu dikalahkan dan ditundukkan.
Jika
pada hati dan ucapan mulut kita tidak sama, jangan berharap doa kita
bisa diterima oleh GUSTI ALLAH. Lha kok bisa? Jelas. Pasalnya, ketika
berdoa kita selalu mengucapkan doa dan mengharapkan agar doa kita
terkabul. Lha bagaimana bisa terkabul, kalau hati kita sendiri tidak
meyakininya? Artinya, sebuah doa menjadi tidak terkabul ketika antara
ucapan mulut dan hati tidak sama. Hati mengatakan itu, mulut mengatakan
ini (yang nyata-nyata bertolak belakang).
Moga-moga kita menjadi
insan fitri yang beruntung setelah digembleng puasa selama satu bulan
sehingga mampu menghadapi hidup ini dengan ketenangan dan ketabahan. Dan
mulai sekarang jika berbicara antara hati dan ucapan selalu sama agar
kita bisa menjadi insan yang dekat dengan GUSTI ALLAH. Amien.